Monday, November 10, 2014 - 0 comments

Facebook

  Belakangan ini saya kurang semangat untuk update status di Facebook. Jangankan status sendiri, melihat status orang lain saja gerah rasanya. Login hanya untuk main Game, mengucapkan birthday wishes kalo ada yang ulang tahun, atau sekadar iseng menjawab kuis. Sisanya, beuuuhhh….saya lirik pun tidak. Sudah ada beberapa friend request saya acuhkan atau tanpa lihat lagi accept aja deh ga pake mikir atau inget-inget dulu. Beberapa page suggestion saya biarin untuk tetap jadi request. Enggan untuk berbuat sesuatu.
Ada apakah gerangan?

  Tiada hari tanpa Facebook, rasanya kok ga lengkap gitu lhoooo, tanpa Facebook. Bukan itu juga sih, bukan apa-apa juga ngerasa sakit hati karena facebook. emmmmm….. emang sih saya yang salah, tapi gak tau juga deh. Bingung salah saya apaan… udah banyak tugas kuliah, badan gak enak, banyak masalah sama temen.. hemmmm…. di tambah satu lagi, kalo yang ini sih saya udah gak bisa apa-apa.

  Tapi sekarang saya benar-benar bosan. Bosan dengan kehidupan Facebook yang gitu-gitu aja. Ga jauh-jauh dari update status atau komen di status orang lain. Atau sekadar melihat foto hasil upload teman-teman. Isi kuis. Main Game. Ya gitu deh. Abis mau apalagi dengan Facebook? Cuma sebatas kalimat, kata-kata, dan gambar. Atau itu yang membuat saya bosan, karena sebatas text, yang kadang dengan mengherankan bisa membuat saya ngomel dan marah-marah sendiri?

  Hmmmm…. Mungkin saya orangnya kelewatan kalo menyangkut tata cara. Saya paling tidak suka baca pesan dalam capitalized letters. Kesannya kok seperti emotional gitu. Saya juga benci baca pesan ga pake titik koma atau tanda baca lainnya. It's gives me a headache, harus menerjemahkan apa maksud pesan yang sebenarnya. Apalagi tulisan yang berantakan, huruf besar kecil angka jadi satu. gaul booo… gaul!(katanya) Tapi saya tidak suka. Membuat saya menilai sepihak orang yang mengirimkannya, menilai karakter orang dari sepenggal kata. habis gimana doooong…??? Bagi saya tutur kata kan refleksi isi otak. Atau melihat request dari seorang tak dikenal. Tanpa salam perkenalan. Atau salam perkenalan yang kurang ajar. Foto dog sebagai foto profile. Foto dalam pose yang membuat saya mempertanyakan motifnya. Hadooooh! Ignore. Ignore. Ignore. Tuh kan, saya rese.

Tapi sebentar…. saya tertegun jadinya. Semudah itukah saya menilai orang?

  Facebook membuat jarak dan batas menjadi seakan hilang. Ga usah bahas jarak ya. Kita bisa berhubungan dengan orang lain tanpa meninggalkan tempat dimana kita berada(kita..?? lo aja kalee..). Batas semakin mengecil. Iya dong, Facebook telah menjadi alasan untuk reuni, dengan teman-teman lama kek, dengan bekas pacar kek, atau apa kek. Kita juga jadi sanggup untuk berinteraksi lebih. Selingkuh misalnya, atau cari perhatian, atau apa lah. You figure it out. Atau….batas yang lain nih? Misalnya batas kesabaran dan batas kesopanan? Hohohoho….it’s a really different things.

  Mungkin alasan inilah yang membuat saya menjadi bosan dan enegh (pake -h biar gaul!). Sudah beberapa kali saya dibuat tersinggung dengan hanya membaca komentar orang di lapak status saya. Ada yang berkomentar sok lucu ketika saya bermaksud serius. Ada yang berkomentar tak penting ketika saya sedang susah hati. Ada yang seenaknya bilang kalau saya over-sensitive (padahal saya dah bilang bahwa saya orangnya hot-temper, bukannya malah hati-hati). Ada yang tanpa malu-malu preaching (woooo, i hate them the most!). Ada yang rajin mengirimkan request page suggestion tanpa henti. Ada yang tak bosan mengirimkan spam message di inbox. Makkkk…. these kind of things yang merubah mood saya jadi jelek. Tanpa disadari, Facebook membuat orang lupa bahwa ada batas yang perlu dijaga. Jaga perasaan orang lain. Mungkin kita tidak ingat bahwa orang lain mungkin sedang memiliki suasana hati yang berbeda dengan kita. Kita tidak bisa langsung melihat raut muka toh. Senang, sedih, marah, kecewa….semuanya ga real-time ketangkep untuk dipersepsikan, kan bisa saja misleading, wong cuma dari baca tulisan. Dikira marah taunya cuma bercanda. Cuma bercanda … ehhhh, taunya marah. Ya gitu deh. Facebook membuat kita lebih memukul rata karakter orang. Padahal tiap orang beda. Ada yang suka bercanda, ada juga yang ga. Ada yang gampang marah, ada juga yang ga bisa marah. Ga bisa disamakan satu dengan lainnya. Tidak sama dengan diri kita sendiri. Mungkin sudah bawaan kita juga untuk menggeneralisasikan sesuatu. Tapi apakah bisa kita menggeneralisasikan sesuatu hanya karena sesuatu yang kita lihat secara virtual? Parameternya apa? Diri kita sendiri? Lah, sukur kalo bener. Kalo salah? Ah…. pusing juga….

  Kemarin saya menyempatkan diri untuk bertemu seorang kawan lama. Herannya, meskipun kami teregister di Facebook, kami tidak exist di friend list masing-masing. Buat apa? Kami sudah exist dalam persahabatan nyata kami, dimana saya bisa meledeknya langsung dan tertawa melihat bibirnya manyun secara live di depan saya. Atau gantian dia yang mengolok-olok saya. Atau sekedar berbagi cerita dan tertawa bersama. Tanpa Facebook! Ini yang luput kali ya? Persahabatan yang nyata, rutin, dan tidak sekadar exist dalam friend list. Tapi…upsss! Mungkin banyak yang merasa exist dengan Facebook juga ya? Merasa dirinya punya banyak teman karena friend list penuh sesak. Merasa disukai banyak orang karena banyak yang minta add. Maaf, saya ga maksud ngeledek. Tapi untuk sejenak, coba lihat deh friend list yang panjang itu. Berapa persen sih yang kenal? Atau ubah yuk pertanyaannya. Berapa persen yang mengenal diri kita sebenarnya? Huaaahhh!!!! (saya malas menghitung, ngeri sendiri :p — yuk bikin kuis, “How well do you know….”— tapi siap-siap takjub dengan hasilnya juga ya!). Tapi saya sadar koq, tiap orang punya motif sendiri. Barangkali out of ordinary, cukup dengan memiliki teman di dunia virtual. Mungkin cukup dengan berinteraksi secara virtual. Yah, sekali lagi saya bilang… beda-beda tiap orang. Tapi untuk saya sih jelas ga cukup.

  It’s been a roller coaster journey with Facebook. I think I have it enough now. Lama-lama mual dan pusing juga. Saya capek. Capek menerka, capek salah terka, dan capek diterka salah. Untuk sekarang, saya lebih tenang dengan menjauhkan diri dari Facebook. Jadi jarang ngomel. Jadi jarang marah-marah sendiri. Hanya main game Farmville. Kalo niat, ngintip status teman-teman. Atau komen sekedarnya. Tidak lagi mengelus dada melihat spam di inbox. Tutup mata kalo ada yang komen kurang ajar di status. Tidak memaksakan diri untuk update status. Mengurangi interaksi tak berguna. Yeehawww! Hidup bebas tanpa harus attached dengan Facebook! Dan mungkin suatu hari saya akan tega untuk bilang… bye bye…. so long, Facebook. Hanya sampai disini kisahmu—senasib dengan Mantanku.
- 0 comments

Dear Kamu Yang Jauuuh banget Disana

  Dear kamu yang jauhnya kebangetan di sana, Apa kabarmu? Masih ingatkah kamu kepadaku?
   Sungguh beberapa hari ini aku memikirkanmu lebih dari apapun yang kamu tau bahkan kini aku merasakan rindu. Ya, rindu yang merusak saraf motorik dan sensorik. rindu yang ikut mengalir dalam pembuluh darah arteri hingga vena hingga merusak sistem kerja otakku.(Lebay dikit lah)
  Bahkan untuk sekedar mengirimimu pesan pribadi saja aku belum mampu tuk lakukan itu. Kau tau mengapa aku begitu? Anehkan? Sebenernya aku pengen banget bisa ngobrol sama kamu tapi aku gak tahu kenapa setiap kali ingin ku mulai pembicaraan tiba-tiba bibirku membeku, tidak tahu harus aku mulai kata dari mana. Sering merasa minder juga sih, merasa kita tak sebanding. Kamu udah sukses, udah punya kerja, lha aku kuliah aja kagak kelar-kelar. pokoknya banyak lah perbedaan status di antara kita.
  Ibarat aku merindukan kamu(bukan kata pepatah). Tapi kenyataannya, aku tak bisa mengelak dari kenangan itu. Aku merindukannya. kamu, iyaa kamuu.. Andai aku tak ingat bahwa ada hati yang kini sedang berharap banyak padaku, mungkin akan aku turuti egoku untuk menemuimu dan datang padamu. Tapi itu tidak mungkin, aku di sini dan kamu di sana, jauh bangett. Kalau kamu pulang sih, mungkin bisa. Apa boleh buat, semoga tahun ini kamu bisa pulang yaaa. Amiinn...
  Mungkin jika kamu baca(semoga aja enggak) ini kamu akan menertawakanku. Yaa, betapa lemahnya aku yang sampai sekarang pun masih belum bisa sepenuhnya lepas dari bayangmu. Apalagi mengungkapkan isi hatiku.(Ciiiee.. Ciiee..) Masih belum sepenuhnya lepas untuk tidak mengingat segala kenangan itu. Masih belum sepenuhnya menutup rapat pintu kenangan di alam bawah sadarku. Sehingga aku tak pernah mampu mencegah kenangan-kenangan itu kembali muncul dalam angan-anganku.
  Aku benci harus mengatakan bahwa aku sangat mengaggumi dirimu,(preett..) meskipun tak ada sedikitpun harapan untuk bisa bertemu lagi seperti dulu. Sedang aku tau bahwa kemungkinan untuk mewujudkan atau pun mencapainya hanyalah sebuah khayalan semu, sebuah fatamorgana.
Maafkan aku dengan semua rasaku ini..
  Aku tak tahu harus berbuat apa selain menunggu takdir, Tuhan memutuskan segalanya. Apa kamu juga memikirkan apa yang aku pikirkan saat ini? Apa kamu bisa merasakan yang aku rasakan beberapa hari ini? Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk itu?
  Kini aku hanya bisa berandai-andai dan menyesali masa lalu. Bodoh kan aku? Kini aku hanya bisa brandai-andai bagai mendirikan benang basah, mengkhayalkan sesuatu yang tidak
mungkin. Bodoh.
  Ah, sudahlah! Aku bisa mengatasi semuanya sendiri. Aku yakin semua akan segera berakhir seiring dengan kesibukanku. Semoga kamu baik-baik di sana. Semoga kamu segera temukan seseorang yang baik untuk mendampingimu. Semoga kamu bahagia dengan kehidupanmu.
Teruntuk kamu,
Salam Rindu,
Yang sedang mengharapmu.
Monday, September 23, 2013 - 0 comments

Yes, i am a geek

   Memang benar apa yang mereka bilang, saya seorang geek. Geek adalah seorang pecandu, bukan pecandu narkoba loh yaaa. Lebih tepatnya pecandu dunia IT. Saya tidak punya kehidupan nyata. Saya lebih banyak menghabiskan waktu didepan komputer dan gadget untuk mempelajari apapun yang berbau teknologi.

  Saya memang jarang bergaul dengan teman-teman di luar, bukannya saya seorang anti-social, tapi karena saya geek dan dunia sekarang lebih maju dimana segalanya menggunakan teknologi dan saya lebih sering berinteraksi lewat dunia cyber. Lagi pula komonikasi dengan manusia lain juga bisa dilakukan lewat sosial media. Entahlah, saya merasa lebih nyaman.

   Saya termasuk orang yang cuek (tapi diam2 memperhatikan), pendiam, penyendiri, dan punya rasa ingin tau cukup tinggi dari sisi kecintaan yang nggak jauh-jauh pastinya dari dunia teknologi. online, komputer, games, social media, blogging dan sesekali design juga, bahkan kecintaan saya pada teknologi melebihi kecintaan saya pada wanita.

  Setiap harinya, saya selalu ditemani oleh laptop dan gadget kesayangan sejak bangun tidur sampai mau tidur dan tak pernah sekalipun merasakan bosan, ada saja yang ingin saya cari. i'm not hacker or cracker, I'm just Geek..

  Tak jarang teman-teman menganggap saya aneh, namun itu tak mengurangi mood saya sedikitpun. Geek itu interpretasi dari titik nyaman dan terus menerus dilakukan karena belum menemui kepuasan. Meski demikian, saya tidak menganggap diri saya mahir, saya masih terus menggali ilmu dan berusaha melengkapi semua kekurangan dalam diri.

  Semua saya dapat secara otodidak. Ilmu saya dapatkan dari buku-buku, artikel di internet, dan sharing dengan kawan-kawan di grup facebook yang membahas seputar informasi, teknologi, blogging, SEO dan komputer. Kecintaan terhadap IT membawa saya kepada dunia yang begitu luas hingga tak terjangkau.

Saya seorang geek, dan saya bangga karenya itu. :)

Saturday, August 24, 2013 - 0 comments

Durable Love

Dunia itu huge,
dan cara terbaik untuk nikmatinnya adalah sebagai Single.
Gimana nggak menyenangkan?
Gue bisa pay attention ke hal-hal yang gue demenin.
Dan gue bisa ngatur hidup gue dengan cara yang gue mau.
Percaya deh, semua hal dalam hidup gue itu teratur banget.
Siapa sih yang butuh pacar?
Toh koneksi dengan manusia yang lain bisa lo lakuin lewat social media.
Bukan berarti gue nggak percaya sama cinta, tapi ngapain maksain kalo lo belum ketemu yang bener- bener pas sama lo.
In the meantime , nikmatin aja hidup sendiri.
Nggak mesti ngasih perhatian ke pacarlo.
Nggak ada yang nagih.

Friday, July 19, 2013 - 0 comments

Dia?

   Dia sangat pendiam… dia hanya mendengarkan apa yang ku katakan. Aku menganggap dia orang enak diajak bicara dan aku dapat berbicara kepadanya tentang apa saja.

   Di luar, kami memiliki teman-teman yang berbeda tapi ketika kami pulang ke rumah masing-masing, kami selalu berbicara tentang apa yang terjadi hari ini.

   Suatu hari, aku bercerita kepadanya tentang orang yang telah menyakiti hatiku…. Dia menghiburku dan mengatakan segalanya akan beres. Dia memberikan kata-kata yang mendukung dan mau membantuku untuk melupakannya. Tetapi aku tahu bahwa sesungguhnya ada yang lainnya dari dirinya yang ku suka.

   Hingga pada suatu hari dia bercerita bahwa dia jatuh cinta kepadaku di hari ketika aku sedang patah hati, tapi dia takut untuk mengatakannya kepadaku. Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala perkataanku, dia menceritakan bagaimana dia ingin mengatakannya kepadaku.

Monday, July 15, 2013 - 0 comments

Di Ujung Otakku...

   Fase baru putus adalah fase di mana hati masih rentan sama goncangan, bahkan goncangan karena polisi tidur bisa bikin hati tercerai berai lagi (blah). Saat kemudian aku mulai merasa siap untuk menghadapi hidup tanpa dia, bisa menghilangkan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang kalian lakukan, mulai gak pernah lagi hubungin dia buat tau dia lagi apa, sama siapa, sedang apa Semuanya sudah aku hadapi. Aku sudah mulai beradaptasi dengan situasi sekarang.

   Hingga akhirnya… Aku mulai keluar dari kamar, membiarkan matahari pagi menyentuh kulit ku. Mengikat tali sepatu dan bersiap keluar. Bertemu teman-teman ku. Riding my ride, dan melewati jalan yang biasa ku lalui bersama orang yang sudah membuat hati ku pindah posisi ke kepala. Andai organ tubuh bisa bersuara, mungkin saat itu hati ku mengeluarkan suara kresek-kresek. Hampir gak kedengeran, tapi terasa. Ada gemuruh-gemuruh kecil, ternyata kenangan lagi menyergap.

   Jalan yang tadinya biasa-biasa aja, tiba–tiba terlihat lebih buram. Bukan karena cuaca yang emang lagi gelap, tapi perasaan ku yang masih mendung. Ada sisa-sisa dari orang itu yang tertinggal di sepanjang jalan yang biasa ku lewati bareng dia. Seolah aku masih bisa mencium parfum yang dia pakai, tahu conversation apa yang akan kami lakukan sepanjang jalan menuju tempat tujuan. Tapi kenyataan bilang, aku sendirian.

   Dan pada akhirnya aku sampai ke tempat tujuan. Tidak semua teman ku tahu apa yang terjadi, walaupun aku yakin, pasti gossip beredar lebih cepat. Tapi kadang-kadang aku nggak bisa menghindari yang namanya basa-basi yang emang harus terjadi di antara teman-teman. Apalagi, nggak semua teman adalah teman baik yang nggak perlu ku kasih tau semuanya, mereka tau harus bertindak apa. Lalu mulai ada pertanyaan, “Apa kabar si X?” atau “Kok gak pernah liat lo sama si X lagi?” Dan mulai ada konslet-konslet kecil di otak ku. Dan yang bisa aku lakukan cuma….senyum…. getir. Dan mereka mulai menanyakan kenapa bisa putus, kenapa ini, kenapa itu.. yang sebenernya aku nggak mau omongin juga sih.

   Ketika semua kegiatan hangout beres, aku pulang ke rumah dengan perasaan yang biasa-biasa aja. Mulai mengendarai jalan pulang yang tadi dilalui. Dan ternyata, sekarang lebih cepat karena gak ada lagi orang yang harus aku anterin pulang. And there ... ada lagi perasaan kangen yang nggak menggebu-gebu dan bisa dikendalikan dengan baik, tapi tetap aja, ternyata dia masih ada di situ. Di ujung otak ku.

Thursday, July 11, 2013 - 0 comments

Mistery Of Ngambek

   Pernah nggak ngerasain hal seperti yang saya rasakan ini, saat akan mengobrol dengan cewe tiba-tiba saja dia ngambek, entah itu ngambek atas masalah apa. Yang pasti dia ngambek begitu saja dan anda sebagai cowo kebingungan dengan sikapnya yang gak jelas itu. Malahan anda berpikir kalau dia ngambek karena kamu salah ucap. Padahal belum tentu demikian.

   Namun bisa saja jika dia ngambek karena pada saat itu anda lama bales SMS, gara-gara operator sedang trouble alias jaringan error sehingga menyebabkan SMS telat nyampe. Bisa juga akibat anda lupa kapan hari ulang tahunnya padahal dihari itu adalah hari ulang tahunnya. Semua hal seperti itu sangat mungkin terjadi. Maka, janganlah terlalu sering menebak-nebak apa yang mungkin sedang dipikirkan cewe saat dia sedang ngambek.

   Saya pernah, dulu disaat kekasih(udah mantan) saya ngambek saya selalu saja kepikiran dengan kengambekannya itu, yah.. mungkin berujung dari perasaan bersalah ku. Bukannya memperbaiki kesalahan, saya malah berkali-kali meminta maaf atas kesalahan yang sebenarnya sama sekali tidak saya ketahui.

  Bukannya dimaafkan, dia malah tambah kesel dengan sikap saya. Aneh memang. Namun begitulah kenyataannya. Hingga kemudian saya bisa memaklumi sikap seperti itu.

  Ibaratkan seumpamanya ada seseorang yang menyakiti perasaan saya (ini contoh), kemudian si pembuat masalah selalu mendekati saya untuk mengucapkan kata maaf berkali-kali. Bukannya tambah adem yang ada saya malah makin kesel, apalagi lihat tampangnya yang nyebelin. Udah gitu maksa-maksa minta dimaafin. Saya yakin, anda juga pasti bakal kepikiran hal yang sama.
   Ilmu psikologisnya : Jika Anda selalu meminta maaf Anda sama saja seperti membuat kesalahan yang sama berulang-ulang terhadapnya karena Anda selalu mengingatkan pada masalah yang sama.

Baca Juga Artikel Yang Lain